Pahitnya Corona bagi Sektor Wisata [KBR|Warita Desa] Jakarta | Bisnis hotel dan penginapan di Bali terkapar sejak wabah Covid-19 melanda. Fenny Kusumahdini, pengelola vila di daerah Ubud, menceritakan kunjungan turis asing sudah berhenti total sejak penerbangan ditutup akhir Maret 2020. "Semua obyek wisata sudah tutup itu sekitar satu bulan, kantor-kantor juga. Kalau untuk hotel sebagian besar 90 persen tutup," kata Fenny. Fenny hingga kini masih membuka vilanya meski hanya ada beberapa tamu wisatawan lokal. Penerbangan dari Jakarta masih dibuka dua kali sepekan. Namun, tingkat huniannya pun tak sampai 1 persen. "Ubud itu pasarnya Eropa. Jadi karena sudah tidak ada penerbangan. Wah, luar biasa lah dampaknya sampai di Bali sendiri. Ini melebihi dari kejadian bom Bali dulu dampaknya. Dan entah sampai kapan, kita belum bisa prediksi," ujar perempuan asal Bandung ini. Fenny sudah merumahkan hampir semua karyawannya. Sejak awal April, mereka pulang kampung ke Jawa dan Nusa Tenggara Barat. Ia pun sempat membagikan tautan tentang kartu prakerja kepada mereka. "Karena bukan hotel besar hanya 9 vila dan 24 kamar. Staf hanya 10 orang, 7 saya rumahkan. Jadi sekarang hanya dibantu oleh pekerja harian. Kalau harian dihitungnya hanya pas dia masuk saja. Kalau pas lagi ada tamu saja," jelas Fenny. Fenny sudah mencoba berbagai cara untuk mendongkrak bisnisnya. Namun, usaha tersebut sia-sia karena seluruh penerbangan dari luar negeri ditutup. "Di awal-awal kita sempat kerja sama dengan online-online travel agent, promo segala macam. Tapi memang tidak ada demand karena penerbangan pun susah. Usaha apapun untuk survive agak susah untuk saat seperti ini," ucap dia. Pahitnya dampak Corona juga dirasakan Arif, warga Temanggung, Jawa Tengah. Pria 21 tahun ini dirumahkan tanpa digaji oleh manajemen hotel tempatnya bekerja di Yogyakarta. Sedikitnya 60an staf lain juga bernasib sama. "Okupansi hotel sendiri nggak ada tamunya. Karena cuma kayak check in 1-2 kamar. Itu pun kadang tamunya nggak datang. Karena okupansi turun dan juga stafnya yang banyak. Kita dipulangkan sementara selama 2,5 bulan," ujar Arif yang bekerja sebagai resepsionis ini. Ia memilih balik kampung ketimbang berlama-lama di Kota Gudeg demi menghemat pengeluaran. Arif bakal bertahan di rumah sembari menunggu hotel beroperasi kembali. "Di Yogya, kita cari makan susah. Angkringan, warteg, rumah makan, rata-rata sudah tutup. Jadi mendingan kita pulang aja sekalian. Check out dari indekos. Lumayan 2,5 bulan kalau nggak dihuni kamarnya," tutur dia. Arif mengandalkan sisa tabungan dan uang tunjangan hari raya (THR) untuk bertahan sampai hotel kembali buka. Namun, ia pantang berdiam diri. Arif mengais sedikit pemasukan dari membuka jasa rias pengantin dan berjualan sambal lewat daring. Namun, dua usahanya itu pun sulit diharapkan karena ikut terdampak wabah Corona. "Sekarang sudah mulai nggak bolehin acara ramai-ramai. Jadi otomatis (jasa rias) menurun. Kalau sambalnya seharinya 5-6 buah, seenggaknya masih ada pemasukan lah. Jadi lumayan banget untuk sekelas pengangguran yang nggak digaji," imbuhnya. Arif ikut melirik program kartu prakerja yang ditawarkan pemerintah. Ia mengaku telah didaftarkan oleh lembaga pendidikan kejuruan (LPK) tempatnya sekolah dulu. Namun, ia tak berharap banyak, mengingat program itu ditujukan bagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). "Aku belum dapat info selanjutnya sampai mana. Yang masih terikat sama lembaga kan emang nggak boleh," pungkas Arif. Optimisme geliat wisata tahun depan Pemerintah tengah menyiapkan skema mitigasi dampak Covid-19 terhadap sektor pariwisata. Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajarannya untuk merealisasikan program perlindungan sosial bagi para pekerja sektor wisata yang terdampak. "Ini betul-betul harus dipastikan ada dan sampai pada sasaran," ujar Jokowi saat rapat terbatas di Istana Bogor, Kamis (16/4/2020). Selain itu, Jokowi memerintahkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif merealokasikan anggaran untuk program padat karya. Kepala Negara juga menjanjikan stimulus ekonomi b agi pelaku usaha pariwisata agar bisa bertahan dan mencegah PHK besar-besaran. "(Realokasi anggaran) dari Kementerian Pariwisata harus diarahkan semacam, program padat karya bagi pekerja-pekerja yang bergerak di bidang pariwisata ini," kata Jokowi. Jokowi optimistis wabah Corona bakal selesai akhir tahun ini sehingga sektor pariwisata segera bangkit kembali. "Saya meyakini ini hanya sampai pada akhir tahun. Tahun depan akan terjadi booming di bidang pariwisata. Semua orang ingin keluar, semua orang ingin menikmati kembali keindahan yang ada di wilayah-wilayah yang ada pariwisatanya sehingga optimisme itu yang harus diangkat,” ucap Jokowi. Oleh : Lea Citra, Dwi Reinjani, Ninik Yuniati