Bulog Pastikan Stok Beras Aman Hingga Idulfitri [KBR|Warita Desa] Jakarta | Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) memastikan stok beras dalam negeri aman, untuk kebutuhan masyarakat saat Ramadan hingga setelah Idulfitri. Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, saat ini Bulog memiliki stok beras di atas 1 juta ton. "Kemudian saat ini kami sedang menyerap gabah dan beras dari petani, karena sedang memasuki musim panen. Jadi kami punya keyakinan stoknya cukup (hingga setelah Lebaran), kemudian ada penambahan dari hasil panen baru," ungkap Tri Wahyudi saat dihubungi KBR, Rabu (15/4/2020) sore. Tri Wahyudi Saleh menambahkan, saat ini sejumlah daerah sentra produksi beras saat ini mulai memasuki musim panen. Di antaranya Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Sumatra Selatan. "Jajaran Bulog sudah berada di lapangan untuk langsung menyerap gabah petani," katanya. Disinggung apakah akan ada impor beras, Tri mengaku tak mengetahui. Sebab, kebijakan impor merupakan kewenangan dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan. Namun sejauh ini, lanjut Tri, belum ada pembicaraan terkait impor beras. "Saat ini kami sedang fokus penyerapan gabah dan beras dari dalam negeri. Karena sekarang memasuki musim panen di seluruh wilayah sentra produksi padi," ucapnya. Tri memastikan distribusi beras ke seluruh daerah di Tanah Air tak akan terganggu meski tengah masa pandemi Covid-19. "Bulog, sudah bekerja sama dengan jajaran TNI dan Polri untuk mengawal distribusi beras hingga ke pelosok daerah," katanya. Bulog Tambah Stok Gula Dalam Negeri Sementara terkait stok gula, Tri Wahyudi mengatakan, Perum Bulog tengah mengandeng industri gula dalam negeri untuk menambah stok dalam negeri, sembari menunggu impor dari India terealisasi. Ia mengungkapkan, saat ini impor gula dari India terkendala kebijakan lockdown atau karantina wilayah, yang diterapkan hingga 3 Mei 2020. "Ya Bulog dapat penugasan importasi gula itu hampir 50 ribu ton, itu pun izin impor gulanya baru keluar awal Bulan April. Kami melakukan pembelian biasanya di India. Indianya sedang lockdown. Jadi ya ini mohon sabar, kami sedang berusaha semaksimal mungkin mencari pasokan yang lain," kata Tri Wahyudi. Ia melanjutkan Bulog telah menyerap sekitar 15 ribu ton gula dari Lampung. Namun pasokan itu telah habis didistribusikan ke semua provinsi. Salah satu yang terbesar yakni DKI Jakarta sebanyak 5 ribu ton. "Kami distribusikan hampir 5 ribu (ton) lebih ke Jakarta. Kemudian ke semua provinsi kita bagikan rata-rata 200-400 ton, itu masih belum cukup," lanjutnya. Tri menekankan, Bulog bukan satu-satunya instansi yang ditugaskan untuk menyediakan dan mengimpor gula. Bulog, katanya, hanya mendapat jatah kecil dibanding pihak swasta lain. Namun ia tak merinci detail pihak-pihak mana saja yang terlibat impor gula. "Jadi saya yakinkan awal Mei sudah masuk hanya 50 ribu ton (impor dari India), yang lainnya bukan tugas Bulog. Artinya Bulog hanya dapat alokasi sekitar 50 ribu ton," jelas Tri. Dengan adanya realisasi impor, diharapkan harga gula di pasaran berangsur normal. Sebab pada awal April, harga gula masih terlampau tinggi di sejumlah daerah. Tri mencontohkan, di Jakarta harga gula pada Maret lalu menembus Rp18 ribu per kilogram. Sedangkan di Lampung yang notabene sentra tebu, harga gula mencapai Rp19 ribu per kilogram, di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp12.500 per kilogramnya. Oleh : Wahyu Setiawan Editor: Kurniati Syahdan