Pasca-Brexit, Inggris akan Tingkatkan Kerjasama dengan RI [KBR|Warita Desa] Kedutaan Besar Inggris di Indonesia memastikan referendum Inggris untuk keluar dari Uni Eropa (Brexit) akan menguntungkan bagi negaranya maupun negara-negara di kawasan Asia seperti Indonesia. Pada 31 Januari 2020 pukul 23.00 waktu Brussel Inggris, atau Sabtu (1/2) pukul 06.00 WIB, merupakan hari bersejarah bagi negara itu karena resmi berpisah dari Uni Eropa. Juru bicara Kedutaan Besar Inggris di Indonesia, Faye Belnis mengatakan kerja sama Inggris dan Indonesia di sektor pendidikan, bisnis, ekonomi, dan pariwisata akan lebih terarah. Terlebih, pada September 2019 lalu, Inggris dan Indonesia telah membuka komunikasi terkait peluang kerjasama setelah Brexit. "Dampak Brexit untuk Indonesia tidak berdampak besar. Karena lebih ke negara-negara Uni Eropa. Justru Indonesia mendapat kesempatan bisa bersaing dengan para pendatang di Inggris. Contohnya pelajar Indonesia yang sedang belajar di Inggris sudah bisa bekerja selama dua tahun di Inggris setelah menamatkan pendidikan di Inggris. Sebelumnya hanya empat bulan," kata Faye di Kantor Kedutaan Besar Inggris di Jakarta Selatan, Jumat, (31/1/2020). Sektor pendidikan menjadi fokus utama program Kedubes Inggris untuk Indonesia. Menurut Dubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkis, program Kedubes Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste akan memfokuskan kerjasama pada sektor pendidikan. Menurutnya, kerjasama di sektor pendidikan akan membantu visi dan misi Presiden Joko Widodo dalam membangun Sumber Daya Manusia. Realisasi dari kerjasama dalam sektor pendidikan selain pemberian beasiswa kepada pelajar Indonesia, adalah meningkatkan kerjasama dalam penelitian. Terlebih, belum lama ini peneliti Indonesia dengan Inggris memenangkan penghargaan terkait mitigasi bencana alam di daerah pesisir dalam menghadapi perubahan iklim. Sejak September 2019 lalu, Inggris juga secara resmi membuka peluang bagi alumnus mahasiswa Inggris asal Indonesia untuk bekerja selama dua tahun di Inggris. Padahal sebelumnya regulasi hanya membolehkan alumni mahasiswa asing untuk bekerja selama dua bulan. Selain di sektor pendidikan, dalam sektor perekonomian, Inggris sebagai pemimpin global dalam mengambil tindakan dalam mengatasi perubahan iklim berkomitmen untuk menunjukkan tindakan iklim sesuai dengan pertumbuhan ekonomi. "Kami termasuk pemimpin dunia dalam aksi menghadapi perubahan iklim. Menjadi kekuatan ekonomi pertama yang secara hukum berkomitmen untuk mencapai emisi karbon bersih 0 persen pada 050. Kami telah menunjukkan bahwa aksi menghadapi iklim itu sesuai dengan dengan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Pertumbuhan ekonomi di Inggris mencapai 70 persen lebih sambil mengurangi emisi karbon hingga lebih dari 40 persen sejak 1990. Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai tujuan pembangunan dengan cara berkelanjutan, menunjukkan kepemimpinan dan dampak global," kata Owen. Pada sektor perdagangan, Inggris masih menggunakan regulasi Uni Eropa selama masa transisi Brexit, yaitu sejak 1 Januari 2020 hingga 31 Januari 2021. Selama 11 bulan itu, Inggris akan bernegosiasi dengan Uni Eropa terkait perjanjian perdagangan ke depan. Pada masa transisi itu, Inggris akan memastikan segala negosiasi harus menguntungkan negaranya dan membawa kemakmuran untuk negara lain seperti Indonesia. Selain itu, Inggris berniat membuka kantor Kedubesnya di provinsi lain di Indonesia. Menurutnya, peluang kerjasama dengan Indonesia tidak hanya berpusat di Jakarta. Namun, ia belum dapat memastikan provinsi mana saja di Indonesia yang juga akan dibangun Kedubes Inggris. Oleh : Muthia Khusuma Editor: Agus Luqman