You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan KALIDENGEN
Kalurahan KALIDENGEN

Kap. Temon, Kab. KULON PROGO, Provinsi DI Yogyakarta

URIP IKU KUDU MANFAAT JANGAN MELIHAT KENIKMATAN ORANG LAIN KECEMASAN YANG BERLEBIHAN BISA MENGIKIS KEIMANAN

MEMBANGUN REMAJA YANG SEHAT DAN CERDAS

Administrator 30 Agustus 2019 Dibaca 629 Kali

Abstrak

Untuk mewujudkan visi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu “Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas”, maka BKKBN telah mencanangkan beberapa misi diantaranya 1) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2) Memfasilitasi Pembangunan Keluarga. Berdasarkan visi BKKBN tersebut dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi hal yang sangat penting dalam terwujudnya visi BKKBN.

Remaja adalah salah satu anggota dalam sebuah keluarga dan merupakan komponen terbesar di Indonesia. Jika para remaja dididik dengan baik, akan baik pula keadaan bangsa di masa mendatang. Untuk membangun remaja yang sehat, cerdas, dan ceria maka dilakukan beberapa upaya diantaranya upaya yang dilakukan di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan masyarakat.

 

Kata kunci: Remaja, keluarga, masyarakat

 

  1. Pendahuluan

 

        Dalam Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana dijelaskan bahwa visi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) adalah “Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas”. Untuk mewujudkan visi tersebut, BKKBN telah mencanangkan beberapa misi diantaranya 1) Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, 2) Memfasilitasi Pembangunan Keluarga. Berdasarkan visi BKKBN tersebut dapat dikatakan bahwa keluarga menjadi hal yang sangat penting dalam terwujudnya visi BKKBN. Keluarga adalah kelompok terkecil dalam suatu masyarakat yang beranggotakan suami, istri, dan anak-anak, termasuk remaja yang akan menjadi penerus bangsa. Misi BKKBN tersebut di atas dapat dilaksanakan melalui beberapa program diantaranya yaitu program penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Remaja merupakan komponen terbesar di Indonesia. Jika para remaja dididik dengan baik, akan baik pula keadaan bangsa di masa mendatang. Menurut data proyeksi penduduk tahun 2014 sebagaimana yang dilansir dari bareskrim.com, jumlah remaja di Indonesia mencapai sekitar 65 juta jiwa atau 25 ri 255 juta jiwa jumlah penduduk. Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR Sudibyo Alimoeso MA pada Sosialisasi Program GenRe (Generasi Berencana) Tingkat Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang, Kamis (21/5/2015) seperti yang dimuat dalam bareskrim.com mengatakan bahwa mengingat jumlah dan proporsinya yang besar ini, pengetahuan, pandangan, sikap, dan keputusan remaja sangat berpengaruh, tidak hanya bagi kelompok remaja sendiri, namun bagi seluruh penduduk yang tidak hanya berpengaruh pada masa depan, namun juga masa sekarang. Dengan jumlah yang cukup besar ini, tentunya remaja sebagai generasi penerus bangsa mempunyai potensi yang besar pula bagi negara, sehingga remaja harus menyiapkan bekal sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

          Keadaan dan aktivitas remaja banyak berpengaruh terhadap keadaan lingkungan, alam, dan sistem kemasyarakatan. Dengan kata lain, keadaan lingkungan, alam, dan sistem kemasyarakatan bisa tergantung pada keadaan dan aktivitas para remajanya. Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang produktif, oleh sebab itu mereka dijadikan pemeran penting dalam mengurus dan menjalankan kelangsungan kehidupan di dalam masyarakat pada saat mereka yang sudah tua dan yang masih anak-anak memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengurus komponen kelangsungan kehidupan masyarakat, sehingga remaja dituntut untuk memiliki kemampuan, keterampilan, kelakuan yang baik, serta memiliki kesadaran dan rasa tanggungjawab yang tinggi untuk mengelola komponen-komponen kelangsungan kehidupan dalam masyarakat.

 

 

 

  1. Pengertian Remaja

 

Masa remaja adalah masa pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Menurut BKKBN, batasan usia remaja adalah 10 – 19 tahun, tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192 dalam Hariyanto).

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial, dan fisik (Hurlock, dalam Hariyanto). Seperti yang dikemukakan oleh Calon dalam Monks, dkk dalam belajarpsikologi.com bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari dalam belajarpsikologi.com masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa, menurut Zakiah Darajat dalam belajarpsikologi.com, adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock dalam belajarpsikologi.com bahwa adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.

 

  1. Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Remaja

Kondisi atau keadaan remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Faktor keluarga

Dalam keluarga yang pola hidupnya baik maka akan membentuk pemuda yang baik dan sebaliknya.

  1. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang baik sangat diperlukan dalam masa pendidikan remaja. Remaja masih perlu mencari jati dirinya, sehingga lingkungan harus mendukung supaya remaja tersebut menjadi remaja yang baik.

  1. Interaksi Remaja dalam Bergaul

Dalam bergaul seseorang remaja bisa mengikuti perilaku teman bergaulnya. Remaja masih dalam proses mencari jati diri, jadi mereka selalu mengikuti hal yang dianggapnya menarik. Seorang remaja akan mengikuti hal-hal yang biasa dilakukan kebanyakan teman-temannya. Jika teman-temannya berperilaku baik maka ia akan mencontohnya dan sebaliknya.

 

  1. Upaya Berbagai Pihak untuk Menciptakan Generasi Remaja yang Sehat, Cerdas, dan Ceria
  2. Upaya yang Dilakukan di Lingkungan Keluarga

Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan manusia bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakikatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Perkembangan anak pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri, kepribadian yang terganggu, bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menempati kedudukan yang primer dan fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman, dan tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya.

Hurlock yang dikutip dari Arifin Hakam menyatakan bahwa masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial. Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan remaja.

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock) yang dikutip Arifin Hakam menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhubungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicu timbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar.

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah dan ibu secara ideal tidak terpisah tetapi bahu membahu dalam melaksanakan tanggungjawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi tugas sebagai pendidik. Dalam mencapai tujuan keluarga tergantung dari kesediaan individu menolong mencapai tujuan bersama dan bila tercapai maka semua anggota mengenyam apakah peranan masing-masing. Peranan ayah :

  1. a)             Sumber kekuasaan, dasar identifikasi
  2. b)             Penghubung dengan dunia luar
  3. c)             Pelindung terhadap ancaman dari luar
  4. d)             Pendidik segi rasional

 Peranan Ibu :

  1. a)             Pemberi aman dan sumber kasih sayang
  2. b)             Tempat mencurahkan isi hati
  3. c)             Pengatur kehidupan rumah tangga
  4. d)             Pembimbing kehidupan rumah tangga
  5. e)             Pendidik segi emosional
  6. f)              Penyimpan tradisi

          Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:

  1. a)             Sikap atau cara yang bersifat preventif

          Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak dari perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hal sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut.

  • 1)             Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak
  • 2)             Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu
  • 3)             Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak
  • 4)             Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga
  • 5)             Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna
  • 6)             Penyaluran bakat si anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif
  • 7)             Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak
  • 8)             Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya
  1. b)             Sikap atau cara yang bersifat represif

Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut.

  • 1)             Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan
  • 2)             Memahami sepenuhnya akan latar belakang dari masalah kenakalan yang menimpa anaknya
  • 3)             Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
  • 4)             Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari

 

  1. Upaya yang Dilakukan di Lembaga Pendidikan

Dalam diri manusia terdapat kemampuan dasar atau fitrah baik jasmaniah maupun rohaniah yang tidak dapat berkembang dengan baik tanpa bimbingan dari pendidik. Oleh karena itu setiap manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkan jasmaniah dan rohaniah. Kebutuhan pendidikan tersebut bukan sekedar untuk mengembangkan perkembangan kemampuan dasar aspek individualitas atau sosialitas semata, melainkan juga untuk mengarahkan perkembangan kemampuan dasar itu kepada pola hidup yang diinginkan manusia dalam bidang duniawi dan ukhrawi, agar keduanya bisa berjalan seiring dalam bentuk yang harmonis, sehingga diharapkan manusia dapat bahagia hidupnya baik di dunia maupun di akhirat.

Sekolah merupakan salah satu wujud atau bentuk dari pendidikan formal sebagai kelanjutan dari pendidikan informal dimana anak didiknya masih mempunyai ketergantungan kepada keluarga dan orang lain dalam mencapai kedewasaannya. Sehubungan dengan hal tersebut anak perlu distimulasi berbagai aspek perkembangannya serta dibekali dengan berbagai kompetensi agar dapat menghadapi tantangan zaman. Di sekolah, hal yang dapat membentuk remaja yang sehat dan cerdas antara lain.

  1. a)             Pendidikan dan bimbingan yang dilakukan oleh guru kepada siswa

Tugas guru adalah mendidik anak didik dan mempersiapkan mereka sebaik-baiknya, sehingga ia menjadi orang yang sempurna, maka guru harus menjadi pendidik yang diserahi tugas untuk mendidik jasmani, akal dan akhlak. Tugas guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, akan tetapi bertugas membina anak didik menjadi orang dewasa, maka guru bertanggungjawab untuk menguatkan jasmani dan rohani murid, menumbuhkan pengertian anak didik terhadap apa yang diajarkannya dari berbagai ilmu pengetahuan, dalam usaha membentuk akhlaknya, membina akhlaknya, membangkitkan minatnya untuk mencapai pengetahuan, menanamkan dalam jiwanya akhlak yang mulia. Guru harus tetap percaya akan kemampuan dirinya sendiri, sehingga mudah melatihnya, mengajarkannya, dan mendidiknya dengan pendidikan yang membeks dalam jiwa.

Guru merupakan ujung tombak mewujudkan pendidikan bermutu. Mutu pendidikan sangat ditentukan oleh kompetensi guru. Kedepan guru harus tetap konsisten menjaga kewibawaannya. Itu dapat dilakukan bilamana guru memahami dan menghayati profesi dan kode etik guru. Guru bisa dikatakan digugu dan ditiru oleh masyarakat banyak. Guru sebagai innovator penggerak permasalahan dikalangan masyarakat. Keberhasilan anak-anak bangsa ini sangat tergantung pada hati nurani guru, bagaimana caranya membimbing dan mendidik anak didiknya. Ciri-ciri guru profesional diantaranya adalah,

  • 1)             Antusias, menampilkan semangat untuk hidup
  • 2)             Berwibawa, menggerakkan orang
  • 3)             Positif, melihat peluang dalam setiap saat
  • 4)             Supel, mudah menjalin hubungan dengan beragam siswa
  • 5)             Humoris
  • 6)             Luwes, menemukan lebih dari satu cara untuk mencapai hasil
  • 7)             Menerima, mencari di balik tindakan dan penampilan luar untuk menemukan nilai-nilai yang baik
  • 8)             Fasih, berkomukasi dengan jelas, ringkas dan jujur
  • 9)             Tulus, memiliki niat dan motivasi positif
  • 10)         Spontan, dapat mengikuti irama dan tetap menjaga hasil
  • 11)         Menarik dan tertarik, mengaitkan setiap informasi dengan pengalaman hidup siswa dan peduli akan diri siswa
  • 12)         Menganggap siswa mampu dan percaya akan kesuksesan siswa
  • 13)         Menetapkan dan memelihara harapan tinggi, membuat pedoman kualitas hubungan dan kualitas kerja memacu setiap siswa untuk berusaha sebaik mungkin.

 

  1. b)             Sosialisasi siswa terhadap siswa lain atau terhadap warga sekolah

          Tidak hanya pendidikan yang diberikan guru saja, namun pendidikan sosial yakni    pendidikan cara berinteraksi dengan siswa lain atau warga sekolah. Dalam hal ini, remaja yang merupakan siswa sekolah dapat mempraktekan hal-hal yang telah diajarkan guru dalam kehidupan nyata, tetapi     masih dalam lingkungan sekolah sehingga siswa masih dalam pengawasan guru.

 

  1. c)             Kegiatan ekstrakurikuler

          Selain pendidikan formal dalam kelas, banyak sekolah yang mengadakan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini dapat melatih keterampilan remaja di bidang tertentu. Misalnya pramuka, olah raga, kegiatan keagamaan, dll.

 

  1. Upaya yang Dilakukan di Lingkungan Masyarakat

Upaya yang bisa dilakukan untuk membentuk remaja yang sehat, cerdas, dan ceria di lingkungan masyarakat antara lain adalah dengan, 1) Dibentuk suatu organisasi kepemudaan sehingga dalam organisasi tersebut akan ada proses pembelajaran bagi pemuda dan memberikan manfaat berupa akan terbentuk tujuan dalam berorganisasi, akan adanya pembelajaran demokrasi, dan para tokoh masyarakat dapat dengan mudah memberi bimbingan pada pemuda karena terdapat suatu wadah/organisasi yang menampung pemuda, 2) Diadakannya tempat untuk mengaji sehingga para pemuda dapat mengaji dan mendapat bimbingan moral dari guru ngaji tersebut, 3) Diadakannya kegiatan dan forum sosial seperti kerja bakti rutin.

 

  1. Kesimpulan

 

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah generasi penerus bangsa yang harus diperhatikan dan dididik, baik didikan dari keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Upaya membangun remaja yang sehat dan cerdas di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, sangat penting demi keberlangsungan masa depan sebuah bangsa.

Oleh Dra. Dwi Rahayu - https://kulonprogokab.go.id/v3/portal/web/view_berita/5267.

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image