Sejumlah bandara dan pelabuhan di Indonesia diketahui rawan bencana gempa dan tsunami. Berdasarkan data yang dimiliki oleh peneliti Indonesia di International Research Institute of Disaster Science, Abdul Muhari pada 2014 lalu, ada 16 bandara yang rawan terkena bencana tsunami. Salah satu bandara yang rawan tersapu bencana tsunami adalah New Yogyakarta International Aiport (NYIA) yang berada di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Hal itu lantaran lokasi bandara baru tersebut berada di pinggir pantai. Sementara, berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Rabu (20/11), baru teridentifikasi empat bandara lainnya yang rawan gempa dan tsunami. Bandara NYIA juga masuk ke dalam daftar mereka. Oleh sebab itu, BMKG menggandeng Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub memperkuat bandara yang memiliki luas sekitar 210 ribu meter persegi itu.
"Kami sudah merancang agar bandara Kulon Progo tahan terhadap gempa bumi 8,8 mega thrust dan siap menghadapi tsunami setinggi 10-15 meter," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di sela-sela pembukaan workshop internasional mengenai pembangunan fasilitas strategis tahan gempa dan tsunami pada hari ini.
Workshop yang berlangsung hingga (22/11) diikuti oleh para ahli dari 11 negara. Lalu, apa yang menyebabkan bandara baru Yogkarta itu dikatakan tahan terhadap gempa.
1. Bandara Kulon Progo dijadikan percontohan karena telah dipasangi sensor untuk mendeteksi datangnya tsunami
Menurut Dwikorita, bandara baru Yogyakarta itu telah dilengkapi dengan beberapa sensor. Salah satunya radar untuk mendeteksi kedatangan tsunami. Sensor itu sudah bisa memprediksi 10-20 menit sebelum tsunami tiba di bandara tersebut.
"Sehingga nantinya ada golden time sekitar 10-20 menit untuk proses evakuasi," kata Dwikorita kepada media pada hari ini.
Selain ada peralatan sensor tsunami, di bandara tersebut turut diberi sensor gempa yang tujuannya bisa memprediksi sekitar 15-30 detik lebih awal bila terjadi gempa. Dwikorita mengatakan masyarakat di sekitar bandara sudah mulai dilatih apabila benar-benar terjadi gempa yang disusul oleh tsunami.
"Kehadiran bandara di sana turut membantu masyarakat sekitar untuk evakuasi," tutur dia.
Selain itu, pemerintah sudah membangun shelter bagi warga yang ingin berlindung dan ada pula jalur evakuasi.
Baca Juga: Mengenal 10 Fakta Tsunami, Bencana Alam dengan Korban Jiwa Terbanyak
Editor’s Picks
2. Bandara Kulon Progo benar-benar siap menghadapi bencana tsunami pada tahun 2020
Sayangnya, kendati sudah dijadikan proyek percontohan, belum semua peralatan terpasang. Menurut Dwikorita yang belum dipasang di bandara baru tersebut yakni alat pendeteksi dini gempat. Ia menargetkan semua peralatan dan persiapan di Bandara Kulon Progo sudah rampung di awal 2020.
Untuk memudahkan proses pemasangan, maka BMKG turut menggandeng Kementerian Perhubungan dan Angkasa Pura I. Bandara Kulon Progo terkesan spesial lantaran sejak awal proses desainnya telah dirancang tahan gempa dan tsunami.
Usai Bandara Kulon Progo, kata Dwikorita, bandara lain menyusul untuk dikuatkan. Bandara di beberapa provinsi itu membutuhkan waktu lebih lama, karena sejak awal didesain tidak tahan gempa dan tsunami.
Beberapa bandara yang hendak diperkuat yakni di Bali, Makassar, Sumatera Barat dan Aceh.
"(Penguatan bandara) di Bali kan sudah dimulai. Kemudian disusul (penguatan) bandara di Padang," kata dia.
3. Ada fasilitas bandara tahan gempa dan tsunami tidak berarti bila warga tak mengikuti pelatihan
Pada kesempatan itu, Dwikorita turut menggaris bawahi poin penting yakni semua fasilitas bandara tahan gempa dan tsunami tak bermakna apa-apa bila warga tak mengerti cara memanfaatkannya. Oleh sebab itu, ia mendorong agar warga di sekitar bandara rutin mengikuti pelatihan bila terjadi gempa dan tsunami.
"Maka, pelatihan menghadapi tsunami itu penting. Untungnya, masyarakat setempat terlihat sudah mulai terlatih," kata dia.
Sementara, fasilitas berupa sensor dan alat deteksi gempa serta tsunami masih terus dilakukan uji coba selama satu tahun terakhir agar tidak memberikan alarm palsu.
Hal itu lantaran lokasi bandara baru tersebut berada di pinggir pantai. Sementara, berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada Rabu (20/11), baru teridentifikasi empat bandara lainnya yang rawan gempa dan tsunami. Bandara NYIA juga masuk ke dalam daftar mereka. Oleh sebab itu, BMKG menggandeng Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub memperkuat bandara yang memiliki luas sekitar 210 ribu meter persegi itu.
"Kami sudah merancang agar bandara Kulon Progo tahan terhadap gempa bumi 8,8 mega thrust dan siap menghadapi tsunami setinggi 10-15 meter," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di sela-sela pembukaan workshop internasional mengenai pembangunan fasilitas strategis tahan gempa dan tsunami pada hari ini.
Workshop yang berlangsung hingga (22/11) diikuti oleh para ahli dari 11 negara. Lalu, apa yang menyebabkan bandara baru Yogkarta itu dikatakan tahan terhadap gempa.
1. Bandara Kulon Progo dijadikan percontohan karena telah dipasangi sensor untuk mendeteksi datangnya tsunami
Menurut Dwikorita, bandara baru Yogyakarta itu telah dilengkapi dengan beberapa sensor. Salah satunya radar untuk mendeteksi kedatangan tsunami. Sensor itu sudah bisa memprediksi 10-20 menit sebelum tsunami tiba di bandara tersebut.
"Sehingga nantinya ada golden time sekitar 10-20 menit untuk proses evakuasi," kata Dwikorita kepada media pada hari ini.
Selain ada peralatan sensor tsunami, di bandara tersebut turut diberi sensor gempa yang tujuannya bisa memprediksi sekitar 15-30 detik lebih awal bila terjadi gempa. Dwikorita mengatakan masyarakat di sekitar bandara sudah mulai dilatih apabila benar-benar terjadi gempa yang disusul oleh tsunami.
"Kehadiran bandara di sana turut membantu masyarakat sekitar untuk evakuasi," tutur dia.
Selain itu, pemerintah sudah membangun shelter bagi warga yang ingin berlindung dan ada pula jalur evakuasi.
2. Bandara Kulon Progo benar-benar siap menghadapi bencana tsunami pada tahun 2020
Sayangnya, kendati sudah dijadikan proyek percontohan, belum semua peralatan terpasang. Menurut Dwikorita yang belum dipasang di bandara baru tersebut yakni alat pendeteksi dini gempat. Ia menargetkan semua peralatan dan persiapan di Bandara Kulon Progo sudah rampung di awal 2020.
Untuk memudahkan proses pemasangan, maka BMKG turut menggandeng Kementerian Perhubungan dan Angkasa Pura I. Bandara Kulon Progo terkesan spesial lantaran sejak awal proses desainnya telah dirancang tahan gempa dan tsunami.
Usai Bandara Kulon Progo, kata Dwikorita, bandara lain menyusul untuk dikuatkan. Bandara di beberapa provinsi itu membutuhkan waktu lebih lama, karena sejak awal didesain tidak tahan gempa dan tsunami.
Beberapa bandara yang hendak diperkuat yakni di Bali, Makassar, Sumatera Barat dan Aceh.
"(Penguatan bandara) di Bali kan sudah dimulai. Kemudian disusul (penguatan) bandara di Padang," kata dia.
3. Ada fasilitas bandara tahan gempa dan tsunami tidak berarti bila warga tak mengikuti pelatihan
Pada kesempatan itu, Dwikorita turut menggaris bawahi poin penting yakni semua fasilitas bandara tahan gempa dan tsunami tak bermakna apa-apa bila warga tak mengerti cara memanfaatkannya. Oleh sebab itu, ia mendorong agar warga di sekitar bandara rutin mengikuti pelatihan bila terjadi gempa dan tsunami.
"Maka, pelatihan menghadapi tsunami itu penting. Untungnya, masyarakat setempat terlihat sudah mulai terlatih," kata dia.
Sementara, fasilitas berupa sensor dan alat deteksi gempa serta tsunami masih terus dilakukan uji coba selama satu tahun terakhir agar tidak memberikan alarm palsu.