Tenang, Suhu Panas Ekstrim di Indonesia Berakhir [KBR|Warita Desa] Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyebut suhu panas ekstrem yang sempat melanda Indonesia beberapa pekan terakhir berakhir. Menurut Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Miming Saepudin, mulai November hingga Maret 2020, suhu tertinggi hanya mencapai 37 derajat celcius. Bahkan di wilayah Jawa, suhu bisa lebih rendah dari prediksi BMKG. “Nah ini yang cukup menarik bahwa untuk fase saat ini periode saat ini, suhu panasnya itu fase ekstremnya sudah lewat. Jadi mulai sekarang hingga periode bulan Desember hingga Maret, saya kira potensi untuk ekstrem seperti yang kemarin mencapai 39 (derajat celcius) sudah terlewati. Artinya sekarang saja kemarin terpantau kami lihat kisaran 35-37 dan 37 derajat celcius itu masih di wilayah Jawa,” katanya di kantor BNPB, Kamis (31/10/2019). Miming Saepudin mengatakan, tingginya suhu beberapa hari lalu khususnya di Pulau Jawa akibat pengaruh atmosfer kering, dan minimnya curah hujan. "Sehingga suhu panas sempat terjadi beberapa hari dan membuat warga gempar," katanya. Selain suhu panas ekstrem akan berakhir, BMKG juga menyebut, beberapa wilayah di Indonesia akan dilanda hujan lebat selama seminggu ke depan. Ia mengatakan, potensi hujan lebat lantaran beberapa bagian Indonesia sudah memasuki awal musim hujan dan fase pancaroba. “Potensi seminggu ke depan paling tidak sampai pertengahan awal November, bisa kita perhatikan bahwa potensi hujan masih harus diwaspadai dengan intensitas lebat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, kemudian di wilayah Sumatera, Palembang, kemudian Sumatera Selatan, wilayah Jawa juga perlu diwaspadai selama bulan November, kemudian Kalimantan juga cukup signifikan seminggu ke depan, demikian juga untuk wilayah Sulawesi terutama Sulawesi bagian tengah dan Papua,” katanya. Miming menyatakan, wilayah Sumatra dan Jawa diprediksi hujan ekstrem disertai puting beliung dan es, dibanding wilayah lain di Indonesia. Namun, tingkat keekstreman dari hujan yang disertai puting beliung dan es itu jauh lebih rendah dibanding pada tahun sebelumnya. “Namun kami tetap meminta agar masyarakat tetap mewaspadai fenomena tersebut," pungkas Miming Saepudin. Oleh : Dwi Reinjani Editor: Kurniati Syahdan