KOMPAS.com - Beberapa dari kita tentu pernah memanaskan makanan. Entah itu agar makanan kembali hangat atau perasaan sayang jika makanan yang kemarin dibuat terbuang sia-sia. Banyak dari kita beranggapan, memanaskan makanan dapat membuat makanan menjadi lebih wangi dan lebih nikmat karena dimakan saat hangat. Selain itu, makanan yang disimpan di kulkas dianggap dapat lebih cepat dikonsumsi setelah dipanaskan. Itu dari sisi awam. Sementara dari sisi medis, ada beberapa hal yang dikritisi para ahli gizi tentang menghangatkan makanan. Dr dr Tan Shot Yen, M. Hum mengatakan, makanan sisa yang disimpan kembali kemudian dipanaskan berpeluang menjadi tempat tumbuhnya bakteri, parasit, dan debu tak kasat mata. Makanya, makanan yang lekas basi itu sebenarnya bukan seperti anggapan awam, karena tidak pakai pengawet (jadi cepat basi). Namun bisa jadi proses pembuatannya tidak bersih, tidak menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS)," ungkap Tan dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2019). Penerapan PHBS dalam memasak meliputi segala proses yang dilakukan untuk mengolah suatu makanan. Mulai dari memproses, mengemas, dan apakah orang yang memasak mengobrol atau tidak. "Saat mengobrol, percikan air liur bisa muncrat kemana-mana, termasuk masuk dalam makanan," imbuh Tan. Tan juga menjelaskan, bila makanan dipanaskan kembali, nutrisi di dalamnya akan berubah. Perubahan nutrisi dalam makanan berbeda, tergantung pada jenis makanannya. Oleh sebab itu, perlu diketahui makanan mana yang bisa dihangatkan dan mana yang tidak. Halaman Selanjutnya
- Santan
Tan mengatakan, santan sebenarnya menyehatkan. Asal, santan dimakan dalam jumlah secukupnya, yakni seminggu sekali dan tidak dihangatkan ulang. "Begitu santan dihangatkan, jadilah dia minyak kelapa," kata Tan. "Makanya, kari tentu lebih sehat dibanding kalio (rendang setengah jadi yang berwarna kecokelatan) apalagi rendang (berwarna cokelat kehitaman)," imbuh dia.
- Bayam
Bayam disebut Tan masuk dalam daftar makanan yang tidak boleh dipanaskan kembali karena bisa berbahaya bagi tubuh. Bayam kaya akan senyawa bernama nitrat. Ketika bayam diolah, dimasak, didiamkan, kemudian dipanaskan kembali, enzim dari bakteri dapat mengubah nitrat menjadi nitrit. Dikatakan Tan, nitrit berbahaya jika dikonsumsi baya di bawah usia 6 bulan karena dapat menghalangi transpor oksigen oleh Hb (hemoglobin). "Dikhawatirkan, Hb (hemoglobin atau protein sel darah merah) berubah menjadi methemoglobin," ungkap dia.
Bayi yang keracunan nitrat dapat mengalami blue baby syndrome. Kondisi ini menyebabkan hemoglobin tidak dapat mengangkut dan melepaskan oksigen seperti seharusnya. Tan mengatakan, yang jadi masalah adalah jika nitrat berubah menjadi nitrit dan nitrosamin. "Nitrosamin dipercaya sebagai karsinogen (zat penyebab kanker) bagi orang yang antioksidan di dalam tubuhnya tidak cukup," jelas dia. Inilah yang berbahaya bagi orang dewasa.
3. Nasi dan kentang
Tan menjelaskan, di dalam nasi dan kentang ada bakter bandel, salah satunya bernama Bacillus cereus. Bakteri ini gemar berkembang biak di pati, bahan bertepung, termasuk nasi dan kentang. "Bacillus cereus dapat menghasilkan racun yang sialnya tahan dengan pemanasan," ungkap dia.
4. Makanan yang aman dipanaskan kembali
Beberapa makanan yang aman dipanaskan kembali antara lain pepes, soto, dan sup. Namun Tan mengingatkan, syaratnya harus dikonsumsi dalam jangka waktu maksimal tiga hari setelah dimasak. "Makanan sisa sebaiknya dalam tiga hari sudah dihabiskan. Itu pun dengan syarat, disimpan dalam pendingin yang stabil dengan suhu 5 derajat Celsius," ujar Tan. "Gawat kalau menyimpan makanan sisa dalam kulkas yang tidak stabil pendinginnya, apalagi kalau isinya (kulkas) berjejal," tutup dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Daftar Makanan yang Boleh dan Tidak Bisa Dipanaskan Lagi", https://sains.kompas.com/read/2019/09/19/183200923/daftar-makanan-yang-boleh-dan-tidak-bisa-dipanaskan-lagi?page=3.
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Dhewie